selamat datang di dodekbagus.blogspot.com

Kamis, 13 Januari 2011

KARMA YOGA


KARMA YOGA
“Mencapai Kebebasan Melalui Kerja”

Perkataan karma asal kata dari bahasa Sansekerta ‘KRI’ yang berarti berbuat, segala perbuatan ialah karma. Istilah itu juga berarti akibat dari perbuatan. Diartikan secara bathiniah kadang-kadang bermagsud apa yang terjadi sekarang adalah sebab dari perbuatan-perbuatan yang lampau. Namun dalam “Karma Yoga” ini kita magsudkan “Karma” berarti “Bekerja”. Tujuan hidup manusia adalah pengetahuan, itulah cita-cita yang dikemukakan oleh falsafah Timur. Kesenangan bukanlah tujuan hidup manusia. Kesenangan selalu berakhir, tidak kekal. Amatlah keliru jika kita menduga bahwa kesenangan itu tujuan hidup, sebab dari segala kesukaan yang menimpa manusia dalam dunia ialah karena mereka berpikir secara keliru bahwa kesenanganlah yang harus mereka kejar. Pada akhirnya orang nanti akan sadar bahwa bukan kesenangan, melainkan pengetahuan yang harus dituju, sementara keadaan suka dan duka adalah banyak dari perbuatan jahat maupun dari perbuatan baiknya. Setelah suka dan duka memberikan berbagai pengalaman, kemudian mereka meninggalkan berbagai kesan pada manusia. Akhirnya dari kesan-kesan campuran itu antara baik dan buruk. Itulah yang membentuk “watak orang”. Menimbang watak seseorang, jangan menilai hanya satu pekerjaan luar biasa yang dilakukannya. Orang yang bodoh satu waktu pun bisa jadi pahlawan. Harus diperhatikan di waktu orang itu melakukan pekerjaan kecil sehari-harinya, itulah yang dapat menunjukkan watak orang yang seungguhnya.
Semua kejadian yang kita lihat dalam dunia ini, segala kegiatan dalam masyarakat manusia, segala pekerjaan-pekerjaan yang dibebankan kepada kita hanyalah semata-mata pertunjukan dari pikiran-pikiran belaka, perwujudan dari kekuatan kemauan (will) dari manusia (the manifestation of the will of man). Mesin-mesin, motor-motor, bentuk bangunan, kota-kota semua adalah tidak lain hasil-hasil dari kemauan manusia. Kekuatan-kekuatan dari kemauan ini disebabkan oleh karakter yang menggerakkannya dan karakte dibentuk oleh karma.
na hi kaścit ksanam api
jātu tisthaty akarma-krt,
kāryate hy avaśah karma
sarvah prakrti-jair gunaih  (Bhagawadgita III.5)
artinya :
Walaupun untuk sesaat tak seorang pun mampu untuk tidak berbuat, karena setiap manusia dibuat tak berdaya oleh hukum alam, yang memaksanya bertindak.
Sifat alami atau guna didalam agama Hindu disebut ada tiga macam, yaitu Sattva, Rajah, Tamah. Setiap kelahiran secara esensial memiliki tiga sifat hakekat yang hakiki. Ketiga sifat ini menyebabkan sifat ‘karma’ yang ada setiap diri manusia. Menurut falsafah Sankhya bahwa tiga kekuatan ini dalam manusia lahir diwujudkan sebagai : keseimbangan, kegiatan dan kemalasan.  Selama manusia menjalani kehidupan duniawi ini, mereka tak dapat melepaskan dirinyadari kegiatan kerja ; karena tanpa kerja kehidupan tak dapat berlangsung. Kehidupan itu sendiri adalah kegiatan kerja dan masing-masing kegiatan kerja itu menimbulkan akibat yang berbeda-beda. Bagi mereka yang dikatakan telah terbebaskan, segala kegiatan kerja yang dilakukan bukan dimagsudkan untuk keperluan badan ataupun terhadap hasil dari kegiatan kerja tersebut, tetapi kegiatannya itu sebagai kegiatan Tuhan semata.
Didalam kitab Bhagawadgita dijelaskan berulang-ulang dianjurkan harus bekerja terus-menerus. Semua pekerjaan sudah sewajarnya terdiri dari unsur-unsur baik dan buruk. Kita tidak bisa berbuat sesuatu yang tidak akan menghasilkan suatu kebaikan di suatu tempat dan tidak mungkin ada sesuatu perbuatan tertentu yang tak akan membawa kecelakaan pada bagian lainnya.
niyatamkuru karma twam
 karma jyāyo hyakarmanah,
śarira-yātrāpi ca ten na
pradiddhyed akarmanah. (Bhagawadgita III.8)
Artinya :
Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya.
Sebenarnya manusia tak lebih dari sekedar alat yang telah ditentukan. Sebagai layaknya sebuah alat, akan lebih baik dari dari ini difungsinya menurut darmanya, berarti diri kehilangan eksistensinya. Dapat dikatakan pekerjaan itu mulia adalah bilamana dalam melakukan pekerjaan tanpa adanya tujuan-tujuan untuk mementingkan diri sendiri. Setiap perbuatan apapun terdiri dari campuran baik dan buruk, akan tetapi kita diwajibkan untuk terus bekerja tak boleh berhenti. Baik dan buruk kedua-duanya selalu mendatangkan akibat, pekerjaan-pekerjaan itu menghasilkan karma. Baik dan buruk merupakan ikatan bagi jiwa manusia.
Kebebasan yang sempurna ini sesungguhnya adalah cita-cita dari pelajaran karma yoga. Karma yoga adalah ajaran untuk mencapai kebebasan dan tidak mementingkan diri sendiri dalam bekerja. Setiap perbuatan/kerja yang mengutamakan diri sendiri, maka itu berarti langkah kemunduran bagi tercapainya kearah tujuan; ini pula sebabnya hingga lahirlah suatu definisi hal moralitas sebagai berikut “perbuatan-perbuatan yang sifatnya mementingkan diri adalah asusila dan perbuatan yang tidak mementingkan diri sendir adalah susila”. Seorang susilawan adalah manusia yang tidak mengutamakan diri. Beliau di hormati orang dimana-mana dan oleh bangsa apapun didunia.
Maka dari itu Karma Yoga adalah ajaram moral dari Agama yang cita-citanya diarahkan kepada pencapaian kebebasan melalui bekerja demi untuk kepentingan yang lain, demi untuk kebaikan yang lain, dengan tidak memikirkan keuntungan pribadi sendiri. Ia melupakan dirinya sendiri. Seorang karma yogi tidak penting harus mempercayai doktrin-doktrin apapun yang lainnya, tidak perlu ditanyakan apakah ia percaya Tuhan atau tidak, apakah ia percaya jiwa atau tidak, apakah ia telah mempelajari dogma-dogma atau tidak. Seorang karma yogi itu bercita-cita memperoleh kebebasan melalui kerja untuk kebaikan orang banyak ; dengan bekerja untuk orang lain ia akan melepaskan ikatan-ikatan mementingkan dirinya sendiri. Setiap detik dari hidupnya itu adalah untuk bekerja. Dengan bekerja ia akan memperoleh kebebasan yang sama seperti kaum Bhakti Yoga mencapai kebebasan melalui akal dan intuisinya, meditasi. Hal ini dijelaskan dalam Bhagawadgita bab III sloka 4 , dimana :
            na karmanām anārambhān
            naiskarmyam puruso ‘śnute
            na ca samnyasanād eva
            siddhim samadhigaahati
artinya :
            Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga ia tak akan mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja.
Tanpa kerja dan menghindari kegiatan kerja merupakan belenggu yang seharusnya ditiadakan karena hanya akan menimbulkan kekacauan (chaos). Tanpa kerja menyebabkan orang tidak akan mengenal kebebasan karena kebebasan dalam arti moral yang memungkinkan kerja itu berlangsung. Menghindari kegiatan kerja sama artinya melawan  kebebasan itu sendiri sehingga tiada kesempurnaan apapun yang  terhadap dalam sesuatu yang tanpa kebebasan. Jadi, kebebasan adalah menyebabkan kesempurnaan. Inilah spirit kerja dalam dharma.
            Kita mempunyai tempat dalam wedanta untuk perjuangan, tetapi bukan untuk merasa takut. Semua perasaan takut akan segera sirna bilamana anda mulai menyatakan dirimu sendiri. Jika anda berpikir bahwa dirimu berada dalam keadaan terikat, maka anda akan tetap merasa terikat. Sebaliknya jika anda berpikir bahwa dirimu berada dalam keadaan terbebas, maka anda akan merasa terbebas. Jenis kebebasan yang dapat kita rasakan saja sebelum diri kita sungguh-sungguh berada dalam kenyataan terbebas hanyalah merupakan bayangan sepintas kilas tentang kenyataan dari kebebasan itu sendiri.
            Keadaan alam secara keseluruhan adalah keras dan tak kenal henti. Orang yang paling pragmatis akan menyebut dirinya tidak baik atau tidak jahat. Setiap orang sukses di belakang dirinya disana sini mesti mempunyai ketulusan dan kesanggupan hati yang hebat. Ketulusan dan kesungguhan hati inilah yang menyebabkan sinyal keberhasilan dalam hidupnya. Rahasia keberhasilan  sejati adalah seperti ini, orang yang tidak pernah minya imbalan dan tidak pernah mementingkan dirinya sendiri dikatakan orang yang paling berhasil. Memang nampaknya ini merupakan suatu paradoks, tidaklah kita tahu bahwa setiap orang mementingkan dirinya dalam hidup ini akan tertipu dan mendapat celaka?. Rupanya hal ini benar, Yesus Kristus adalah seorang yang saleh, penolong dan tidak mementingkan dirinya sendiri tetapi beliau disalib. Hal ini benar dan tidak dapat dipungkiri. Tetapi kita tahu bahwa sifatnya yang tidak pernah mementingkan dirinya sendiri dan penolong itu adalah merupakan suatu sebab kemenangan yang agung, yaitu terkarunianya berjuta-juta kehidupan umat manusia berkat keberhasilan yang sejati. Dan janganlah mengharapkan sesuatu atau menginginkan sesuatu sebagai suatu imbalan atas pertolongan anda kepada orang lain.


Sumber bacaan :
Vivekananda,Swami(terjemahan Yoga Murti M.R). 1991. “Karma Marga”. Jakarta : Hanuman Sakti.
Yudha Triguna,I.B Gde, C.S. 2009. “Kerja dan Swadarma : Study Teks Adisastra Hindu”. Denpasar : Widya Dharma.
Pudja,Gde. 1999. “Bhagawadgita”. Surabaya : Paramita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar